Teori Elit Politik
Secara
etimologi istilah elite berasal dari kata latin eligere yang berarti memilih.
Pada abad ke 14 istilah ini berkembang menjadi a choice of persons yang artinya
orang terpilih. Kemudian pada abad ke 15 dipakai untuk menyebutkan best of the
best (yang terbaik dari yang terbaik). Selanjutnya pada abad ke 18 dipakai
dalam bahasa Perancis untuk menyebut sekelompok orang yang memegang posisi
terkemuka dalam suatu lapisan masyarakat.
Amitai Etzioni, definisi elite
sebagai kelompok aktor yang mempunyai kekuasaan. Sedangkan menurut Bottomore, istilah elite secara umum
digunakan untuk menyebut kelompok-kelompok fungsional dan pemangku jabatan yang
memiliki status tinggi dalam suatu masyarakat.
Menurut Schrool, seorang pakar ilmu politik
Amerika Serikat ada lima tipe elit yaitu:
-
Elit
menengah yaitu elit yang berasal dari kelompok pedagang dan tukang yang
termasuk golongan minoritas keagamaan atau kebangsaan.
-
Elit
dinasti yaitu sebagai elit arsitokrat yang mempertahankan tradisi dan status
quo.
-
Elit
revolusioner yaitu elit yang berpandangan bahwa nilai-nilai lama perlu dihapus
karena tidak cocok dengan tingkat kemajuan dibidang ilmu penghetahuan dan
teknologi.
-
Elit
nasionalistik merupakan kelompok pluralis sehingga mudah mengundang konflik
antar pluralis
-
Elit
kolonial yaitu elit yang dianggap kurang bermanfaat dan tidak memberi
konstribusi terhadap referensi ilmu pengetahuan.
Elit politik memiliki beberapa tipe,
misalnya elit yang berada dalam partai politik yang diantaranya pengurus partai
politik dan umumnya sekaligus merangkap sebagai wakil rakyat. Presiden,
gubernur, walikota/bupati merupakan elit yang berada pada tataran eksekutif
dalam hal ini pemerintah namun tidak terlepas pada partai politik itu sendiri.
Elit politik
adalah orang-orang (Indonesia) yang terlibat dalam aktivitas politik untuk
berbagai tujuan tapi biasanya bertalian dengan sekedar perubahan politik.
Kelompok pertama berlainan dengan yang biasa ditafsirkan, menjalankan fungsi
sosial yang lebih besar dengan bertindak sebagai pembawa perubahan, sedangkan
golongan ke dua lebih mempunyai arti simbolis daripada praktis.
Elit politik yang dimaksud adalah individu
atau kelompok elit yang memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan
politik. Ada 3
sudut pandang dalam elit ini, yaitu :
Pertama, sudut
pandang struktur atau posisi. Pandangan ini lebih menekankan bahwa kedudukan
elit yang berada pada lapisan atas struktur masyarakatlah yang menyebabkan
mereka akan memegang peranan penting dalam aktivitas masyarakat. Kedudukan
tersebut dapat dicapai melalui usaha yang tinggi atau kedudukan sosial yang
melekat, misalnya keturunan atau kasta.
Kedua, sudut
pandang kelembagaan. Pandangan ini didasarkan pada suatu lembaga yang dapat
menjadi pendukung bagi elit terhadap peranannya dalam masyarakat. untuk bisa
memiliki kemasyhuran, kekayaan, dan kekuasaan, orang harus bisa masuk ke dalam
lembaga-lembaga besar, karena posisi kelembagaan yang didudukinya menentukan
sebagian besar kesempatan-kesempatannya untuk memilki dan menguasai
pengalaman-pengalamannya yang bernialai itu.
Ketiga, sudut
pandang kekuasaan. Bila kekuasaan politik didefinisikan dalam arti pengaruh
atas kegiatan pemerintah, bisa diketahui elit mana yang memiliki kekuasaan
dengan mempelajari proses pembuatan keputusan tertentu, terutama dengan
memperhatikan siapa yang berhasil mengajukan inisiatif atau menentang usul suatu keputusan.
Konsep Pengaruh
Pengaruh
pengaruh yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bila tekanan yang diberikan
kepada pengaurh eksperimental dan pengaruh lingkungan itu ternyata benar,maka
masuk akal untuk beranggapan bahwa pengaruh tersebut akan terus berkelanjutan
menjadi penting selama usia dewasa,dan bahwa proses sosialisasi itu berlanjut
terus melampaui masa kanak kanak dan remaja. Bagan pokok dari tingkah laku
politik dimasa depan dapat ditentukan dimasa masa yang lebih muda,akan tetapi
adalah lebih mungkin menciptakan suatu situasi dalam mana terdapat interaksi
diantara sosialisasi politik dini dengan pengaruh - pengaruh eksperimental dan
lingkungan dari masa kehidupan selanjutnya,daripada menghindarkan sosialisasi
orang dewasa.
Satu contoh
terbatas akan menggambarkan maksud kita, ada bukti yang menyatakan bahwa
anggota badan legislatif mengalami proses sosialisasi segera sesudah pemilihan
mereka: dan bahwa tingkah aku legislatif berikutnya sebagian ditentukan oleh
pengetahuan,nilai nilai, dan sikap sikap mereka seperti yang ada
terdapat sebelum pemilihan, dan sebagian lagi oleh pengalaman pengalaman mereka
semasa menjadi anggota badan legislatif, ditambah lagi dengan reaksi reaksi
mereka terhadap lingkungan baru didalam lembaga legislatif.Dalam keadaan
seperti itu suatu tingkatan sosialisasi tidak dapat dihindarkan dari pengalaman
sehari hari pria dan wanita pada umumnya.
Sosialisasi
politik selama kehidupan orang dewasa belum banyak diteliti orang, sekalipun
terdapat beberapa pembuktian yang muncul dari studi studi mengenai tingkah laku
pemilihan/elektoral, kesadaran kelas, pengaruh dari situasi situasi kerja dan
perkembangan ideologi. Wlaupun demikian, setidak tidaknya mungkin untuk
mengsugestikan, bahwa bidang bidang mengenai sosialisasi orang dewasa itu
adalah penting. Justru seperti halnya anak yang diantarkan secara bertahap
kepada kontak dengan dunia disekitar dirinya setahap demi setahap, demikian
pula halnya para remaja dan perubahan dari masa remaja menjadi dewasa,
menunjukan adanya suatu tahap lainnya yang penting dalam sosialisasi politik.
Beberapa
kontak yang dijalin selama masa kanak kanak dan masa remaja ada yang
berkelanjutan dalam bentuk yang agak mirip melalui persahabatan dan perkenalan:
sedang yang lainnya dapat diteruskan atau diperbaharui lewat medium medium lainnya
seperti pekerjaan, kesenggangan ( kesibukan diwaktu senggang ), agama atau
media massa, namun beberapa daripadanya dan pengalaman pengalaman yang mereka
yang meraka peroleh adalah baru sifatnya. Bagi beberapa orang, pengalaman
pengalaman baru sedemikian ini akan memperkokoh sosialisasi sebelumnya, akan
tetapi bagi orang lain akan menyebabkan kemunculan berbagai tingkatan konflik
yang mungkin mengakibatkan timbulnya perubahan perubahan penting dalam tingkah
laku politik.
Kepindahan
dari daerah pedesaan ke kota, pengalaman menganggur, keanggotaan dari
organisasi sukarela, perkembangan minat minat diwaktu senggang, ganti agama,
penerapan fakta dan opini melalui media massa semua ini menyebabkan dampak yang
berarti kepada tingkah laku politik sekarang.
Dampak Negatif Kekuasaan
·
Para elite politik berlomba-lomba mengumpulkan dana politik yang tidak
dapat dikontrol.
·
Kekuasaan yang diperolehnya dengan janji-janji muluk dikonversi menjadi
kekayaan pribadi dan kelompok untuk biaya mempertahankan dan mengukuhkan
kekuasaan.
·
Penyalahgunaan wewenang menjadi berkelanjutan.
·
Pada tataran masyarakat, gelombang korupsi kekuasaan telah menggulung dan
meluluhlantakkan harapan dan impian rakyat untuk hidup lebih baik.
·
Akibatnya, rakyat menjadi frustrasi, kecewa, dan merasa dibohongi.
Kepercayaan yang diberikan kepada para elite politik dengan harapan memberikan
perbaikan hidup ternyata hanya menjadi mimpi buruk.
Luka batin tidak mudah disembuhkan atau dinetralisasi hanya dengan memberikan penjelasan bahwa demokrasi perlu kesabaran, mengingat yang dibangun bukan hanya struktur politik, melainkan juga peradaban baru.
Luka batin tidak mudah disembuhkan atau dinetralisasi hanya dengan memberikan penjelasan bahwa demokrasi perlu kesabaran, mengingat yang dibangun bukan hanya struktur politik, melainkan juga peradaban baru.
0 komentar:
Posting Komentar